Yuk ketahui teori komunikasi intrapersonal yang pastinya relate sama kehidupan kita!
Menurut Leon Festinger (1957) Perasaan yang dimiliki orang ketika mereka menemukan diri mereka sendiri melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang mereka ketahui, atau mempunyai pendapat yang tidak sesuai dengan pendapat lain yang mereka pegang dapat disebut dengan disonansi kognitif.
Sederhananya teori disonansi kognitif adalah teori yang membahas mengenai ketidaknyamanan seseorang akibat sikap, perilaku, dan pemikiran yang saling bertentangan dan memotivasi seseorang untuk mengambil langkah guna mengurangi ketidaknyamanan tersebut.
Dalam teori ini dijelaskan bahwa kehidupan kita akan mengalami 3 keadaan, antara lain:
1. Consonant Relationship (Hubungan Konsonan)
Keadaan ketika terdapat dua atau lebih elemen dalam diri manusia yang saling seimbang. Contohnya saat dosen percaya bahwa mahasiswanya bertanggung jawab dan dapat belajar secara mandiri, lalu ternyata mahasiswanya belajar sungguh - sungguh dengan bukti mengumpulkan tugas tepat waktu serta hasilnya baik dan benar, maka terjadi konsistensi antara kepercayaan si dosen dengan kenyataan yang terjadi.
2. Dissonant Relationship (Hubungan Disonan)
Keadaan ketika terdapat dua atau lebih elemen dalam diri manusia yang saling bertolakbelakang atau tidak seimbang. Contohnya saat kalian merasa bahwa dengan adanya pacar hidup akan lebih bahagia, namun kenyataanya setelah memiliki pacar, pacar kalian lebih mementingkan temannya, susah dihubungi, dan bahkan kalian merasa hidup kalian tidak bebas. Maka terjadi disonansi pada diri kalian.
3. Irrelevant Relationship (Hubungan Irelevan)
Keadaan ketika terdapat dua atau lebih elemen yang sebenarnya tidak berhubungan dengan diri manusia. contohnya saat seorang mahasiswa membeli sepeda motor baru tanpa STNK, lalu mahasiswa tersebut mendapatkan IP 3.5, kedua hal ini tidak memiliki hubungan sehingga tidak berpengaruh pada kognitif mahsiswa.
Dari penjelasan di atas, terdapat 3 asumsi dasar yang dapat disimpulkan, yaitu:
1. Manusia berharap terjadinya konsistensi antara kepercayaan, sikap, dan perilakunya
Seorang dosen yang percaya bahwa menjadi dosen akan meningkatkan kesejahteraannya, lalu ternyata gaji dia 100jt/bulan di Kota Malang dan dia melaksanakan tugas dengan tanggung jawab penuh. Konsistensi semacam ini yang diharapkan setiap manusia.
2. Jika terjadi inkonsistensi pada kepercayaan, sikap, dan perilaku maka akan muncul kegelisahan atau disonansi
Seorang dosen yang tadi dia percaya bahwa menjadi dosen akan meningkatkan kesejahteraannya, tapi ternyata gajinya hanya 1,5jt/bulan di Kota Malang padahal dia sudah menjalankan tugasnya dengan sungguh - sungguh, maka dia akan mengalami disonansi.
3. Manusia tidak mau tinggal dalam disonansi, sehingga manusia harus bertindak agar hidupnya konsisten
Dosen yang tadi gelisah karena harapannya akan kesejahteraan tidak sesuai dengan gaji yang ia terima, maka dia akan mencari solusi, ntah mencari pekerjaan sambilan di luar kampus atau keluar dari kampus dan mencari pekerjaan yang lebih konsisten sesuai kepercayaannya.
Tapi perlu diketahui guys, tingkat disonansi atau kegelisahan seseorang tentu tidak sama pada setiap persoalan, tergantung dari beberapa hal ini, diantaranya:
1. Seberapa penting persoalan tersebut
Tingkat kegelisahan seorang dosen yang lupa jam perkuliahan, tidak seberat kegelisahan seorang mahasiswa yang lupa masuk pada jam perkuliahan, atau tingkat kegelisahan mahasiswa yang kehilangan sendalnya tidak seberat ketika mahasiswa tersebut tidak lulus pada satu mata kuliah.
2. Rasio disonansi atau tingkat keyakinan yang dimiliki seseorang
Seseorang yang percaya bahwa keterbukaan adalah segalanya, bicara terus terang kepada orang itu lebih baik maka ia akan cenderung talkative dan suka berbicara secara langsung, namun ketika ia bertemu teman yang tidak suka bicara dan lebih banyak diam, maka terjadi disonansi yang besar dalam diri orang tersebut, karena kondisi konsonan dalam kepercayaannya lebih besar pada keterbukaan diri, sedangkan temannya lebih besar pada menutup diri.
3. Rasionalitas yang dibuat untuk menjustifikasi segala sesuatu
Dalam kondisi disonan, seseorang rasionya dapat menjustifikasi atau membuat alasan-alasan agar disonansinya tidak terlalu besar. Misalnya mahasiswa yang tidak mengerjakan tugas minggu lalu, dia pasti gelisah dan mengalami disonansi, namun dia merasionalisasikan alasannya mengapa dia tidak mengerjakan tugas, mungkin ia akan beralasan sakit, maka disonansi atau kegelisahannya pasti akan berkurang. Tingkat kegelisahan mahasiswa tadi akan berbeda dengan mahasiswa yang tidak mengerjakan tugasnya tapi tidak mampu menjelaskan perilakunya secara rasional
Nah, bagaimana jika kita mengalami disonansi?
Berikut adalah cara - cara yang dapat dilakukan untuk megurangi disonansi menurut Leon Festinger:
1. Selective Exposure
Kondisi ketika kita mencari informasi - informasi yang sesuai dengan keyakinan kita atau informasi yang membenarkan perilaku kita. Misalnya pada kasus Dahlan Iskan yang dianggap korupsi lalu dipenjara, maka orang yang senang dengan Dahlan Iskan akan hobi membaca Jawa Pos dibandingkan membaca Kompas atau Republika, Karena Jawa Pos adalah media milik Dahlan Iskan maka berita yang diterbitkan akan memihak pada Dahlan Iskan jadi otomatis fans Dahlan Iskan melihat bahwa tokohnya sedang difitnah dan tidak bersalah.
2. Selective Attention
Orang yang mengalami disonansi akan secara konsisten dan terus menerus membaca, mendengarkan, dan menonton informasi yang konsisten. Dia tidak mau lagi menonton kontradiksi di televisi karena sudah memiliki saluran yang sesuai dengan keyakinannya.
3. Selective Interpretation
Seseorang yang menganggap informasi-informasi ambigu menjadi informasi yang sesuai dengan keyakinannya. Misalnya seseorang menyukai Band Korea dia akan menganggap bahwa semua orang disekitarnya tidak masalah dengan hal tersebut dan ia meyakinkan dirinya bahwa orang - orang juga menyukai apa yang ia sukai.
4. Selective Retention
Ketika kita lebih mudah mengingat informasi di masa lalu yang konsisten dengan keyakinan dan perilaku kita di masa kini. Contohnya saat mahasiswa tidak mengerjakan tugas, maka dia akan mengingat kontrak kuliah yang dapat meringankan masalahnya, misalnya dia mengingat bahwa dia rajin kok masuk kelas, jadi tidak mengerjakan tugas sesekali tidak menajdi masalah.
Inti Teori
“Manusia akan mengalami ketidaknyamanan secara psikologis jika antara pengetahuan, sikap, dan perilakunya tidak konsisten. Sehingga, ia akan berusaha untuk menyesuaikannya atau menguranginya”
Penulis blog ini adalah mahasiswa semester I jurusan Hubungan Masyarakat Program Vokasi Universitas Indonesia.
Referensi :
West, Richard & Turner, Lynn H. 2007. Introducing Communication Theory: Analysis and Application, 3rd Edition. New York: McGraw-Hill.
Keren banget🔥.....
kerennnn!!!!!🥺💓
bermanfaat bgt thankyou kk✨
kerennn bgtttt kakakkkk 😀😀😀😍😍
Thanks for information😍 SEMANGATT🔥❤️