top of page
Search
Writer's pictureDian Annisa

Ekspektasi vs Realita Film 500 Days of Summer

Pernah gak sih kalian ngerasa gak nyaman karena ekspektasi berbeda dengan realita? ternyata ada teorinya loh!

Bagi yang suka nonton film romantis mungkin gak asing lagi ni sama film 500 days of summer. Film 90 menit ini bukan bercerita tentang 500 hari di musim panas loh, tapi film ini menceritakan kisah cinta Tom dan wanita bernama Summer selama 500 hari hubungannya. Bagi yang udah nonton film ini, mungkin banyak yang kurang puas dengan ending ceritanya. Video di atas adalah cuplikan dari film 500 days of summer yang menceritakan tentang Tom yang mendambakan seorang wanita bernama Summer, tetapi jalan cinta mereka tidak mudah . Lalu muncullah cerita - cerita semu di kepala Tom seperti video di atas.

Nah, sekarang bayangkan bagaimana rasanya jika kalian berada di posisi Tom. Tentu, sangat tidak nyaman bukan? ekspektasi yang telah kalian bangun tentang hubungan romantis itu mendadak hancur lebur. Di sini kalian mengalami apa yang disebut dengan "disonansi kognitif", yaitu kondisi tidak nyaman yang terjadi ketika ekspektasi atau keyakinan dan sikap kalian bertolak belakang dengan realita.

Teori disonansi kognitif beranggapan bahwa dua elemen pengetahuan merupakan hubungan yang disonan (tidak harmonis) apabila dengan mempertimbangkan dua eleman itu sendiri pengamatan satu elemen akan mengikuti elemen lainnya.

Dalam teori disonansi kognitif ada tiga keadaan kehidupan yang menjadi sorotan, yaitu :

1. Tidak relevan satu sama lain.

2. Konsisten satu sama lain (harmoni).

3. Tidak konsisten satu sama lain (disonansi).

Dalam film ini, Tom melalui tahap kehidupan disonansi yaitu terdapat aspek - aspek yang tidak konsisten satu sama lain. Akan tetapi, sebelum ia memasuki tahap disonansi, Tom pernah melalui tahap harmoni. Tahap ini dimulai saat Tom pertama kali bertemu dengan Summer di kantor tempat ia bekerja, menurutnya itu adalah cinta pada pandangan pertama. Tom selalu mencari cara untuk bisa mendapatkan hatinya, seperti menghadiri setiap pesta yang Summer datangi. Percakapan demi percakapan mereka jalani dan ternyata banyak kecocokan yang ditemukan, seperti selera musik dan selera humor, yang mendukung mereka ke kencan – kencan berikutnya yang membuat Tom semakin yakin dengan perasaanya pada Summer. Summer pun merespon dengan positif yang memperlihatkan ketertarikannya pada Tom, maka terjadilah konsistensi pada diri Tom.

Mereka menjalani hidup dengan bahagia, saling melengkapi satu sama lain. Namun dalam sebuah hubungan lambat laun masalah akan selalu berdatangan. Summer yang mempunyai trust issues terhadap hubungan romantis dan pernikahan dari kecil karena perceraian orang tuanya mulai memikirkan hal buruk lagi, dan disitulah Summer memutuskan hubungan dengan Tom. Pada saat itu Tom sangat hancur.

Setelah beberapa lama mereka tidak bertemu, akhirnya mereka bertemu kembali di acara pernikahan sahabat Tom. Dari acara pernikahan itu, Tom mulai memikirkan hal – hal romantis lagi bersama Summer dan berpikir bahwa Summer sudah dapat menerimanya kembali. Hari demi hari Tom lewati dan sampailah Tom di hari yang ia tunggu – tunggu, yaitu mendatangi pesta di apartemen Summer. Akan tetapi, Tom berekpektasi bahwa pesta tersebut akan menjadi jalan untuk kembali kepada Summer, tapi pada malam itu Summer justru menghindari Tom yang hanya di temani sebotol anggur merah. Titik hancurnya ekspektasi Tom adalah saat melihat Summer memperlihatkan cincin tunangannya kepada sahabatnya. Ekspektasi yang selama ini Tom bangun hancur lebur, lalu ia pulang dengan perasaan yang sangat kacau.

Perasaan sakit hati, hancur, dan kacau itu terjadi karena ekspektasi yang Tom bangun sendiri dan hal ini yang disebut dengan disonansi kognitif. Lalu, karena disonansi kognitif itu tidak nyaman, bagaimana cara kita bisa mengubah ketidaknyamanan itu?

Menurut psikologi sosial Leon Festinger, disonansi kognitif seperti yang dirasakan Tom akan memotivasi seseorang untuk mengubah kondisi itu. Dalam kasus Tom, dia bisa mengubah ekspektasi tentang hubungan romantis bersama Summer menjadi ekspektasi yang berbeda. Misalnya saja dia mengubah ekspektasi hubungan romantis menjadi hubungan persahabatan biasa.

Tom juga bisa mengarahkan ekspektasi itu menjadi sesuatu yang berbeda, misalnya dia mengarahkan ekspektasi romantis terhadap orang lain selain Summer. Cara ini oleh Festinger disebut dengan cara mengubah ekspektasi. Akan tetapi mengubah ekspektasi bukan satu-satunya cara yang bisa dilakukan oleh Tom untuk mengurangi disonansi kognitif. Sebetulnya, ada 2 cara lain yang bisa dilakukan oleh Tom.

Cara kedua adalah mengubah informasi yang bertentangan dengan ekspektasi, misalnya pada kasus yang tadi Tom jadi berpikir "ooh.. ini si sebenernya bukan karena Summer tidak suka sama aku, tapi mungkin kebetulan aja dia lagi gak mood untuk ngobrol dengan aku, sehingga sebetulnya mungkin aku harus bertemu dengan dia lain waktu." Jadi disini ekspektasi tidak diubah, yang diubah adalah informasi yang bertentangan dengan ekspektasi, cara ini disebut dengan cara menjustifikasi realita.

Selain mengubah ekspektasi dan menjustifikasi realita, ada cara ketiga yang dapat dilakukan oleh Tom, yaitu Tom bisa menolak informasi yang bertentangan dengan ekspektasi. Misalnya Tom jadi berpikir "ah paling juga aku yang overthinking, gak mungkin lah Summer gak suka sama aku, ada ada aja aku ini." Cara ketiga ini disebut dengan cara menolak realita.

Jadi, ada 3 cara untuk mengurangi disonansi kognitif, yang pertama dengan cara mengubah ekspektasi yang kita miliki, yang kedua menjustifikasi atau merasionalisasi realita, dan yang ketiga dengan cara menolak atau denial terhadap realita. Memang kadang ekspektasi tidak bisa kita hilangkan, namun ada baiknya apabila kita mengurangi ekspektasi yang terlalu indah agar saat ekspektasi dan realita bertolakbelakang, perasaan yang kita alami tidak seburuk itu.





Recent Posts

See All

1 Comment


Zeva Aqiilah
Zeva Aqiilah
Dec 15, 2021

wahhh ngeimplementasinyaa bagusss

Like
bottom of page